Selasa, 27 Desember 2011
Reportase Dialog Negeriku "Membangun Kultur Politik dalam Menciptakan Pemimpin Ideal 2014"
Dialog Negeriku yang berlangsung di Gedung AR-Fachrudin B lantai 5 Kampus Terpadu UMY di hadiri hampir sekitar 175 orang mahasiswa baik dari internal UMY maupun delegasi dari universitas se-DIY dan dan Jateng, acara yang berlangsung pada hari Selasa tanggal 27 Desember 2011 pukul 09.30 WIB, dimulai dengan sambutan dari Ketua Panitia Mohammad Ichsan, dan Sekjen FOLMASPI Zulfikar Mufti.
Dalam sambutannya, Zulfikar dengan nada penuh semangat mengharapkan semoga acara ini dapat menumbuhkan pemikiran yang cerdas dan ber-moral agar dapat berkontribusi di bangsa ini. Setelah sambutan, acara ini dibuka langsung oleh Dekan FISIPOL UMY bapak Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc.
Setelah dibukanya acara dengan resmi, agenda selanjutnya adalah penyampaian pengantar oleh Keynote Speaker bapak Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif (Buya Syafii). Beliau menyampaikan bahwa pembagian kebijakan politik dan ekonomi yang tidak merata yang terkonsentrasi hanya pada pulau Jawa saja yang menjadi pusat konsentrasi, maka Negara ini tidak akan merdeka dalam kesejahteraan.
Beliau juga mengatakan bahwa usulan yang diberikan Gubernur Sum-Sel untuk pembangunan sulit untuk langsung diterima oleh pemerintah pusat karena prosesnya yang lama sehingga menyebabkan keterlambatan pembangunan, beliau juga mengharapkan kepada calon pemimpin untuk keseriusan dalam membangun bangsa yang sedang bimbang ini.
Setelah penyampaian keynote speech oleh Buya Syafii, acara selanjutnya adalah Dialog Negeriku dan disampaikan langsung oleh bapak Ganjar Pranowo yang dimoderatori oleh M.Irzal Zaenal, pak Ganjar menyampaikan demokrasi yang dialami sekarang sedang bobrok akibat banyaknya politisi kalangan DPR yang hanya mencari keutungan dalam berkuasa, bukan malah memperjuangkan kesejahteraan rakyatnya.
Di negeri ini sulit untuk menemukan sosok pemimpin ideal di akibatkan konstitusi liberal, ia juga sempat menyinggung masalah Pilkada di sumsel mengenai masalah Cabup dan Wabup yang menghabiskan dana sekitar 128 milyar hanya untuk mendapatkan kekuasaan. Hal tersebut, merupakan nominal yang sangat fantastis yang mencerminkan bahwa ada yang dikejarnya dalam berkuasa melihat sumber PAD yang mencapai hampir 3 triliun dari perusahaan minyak dan gas dan hal ini mungkin membuat para perusak demokrasi untuk mendapatkan kekuasaan.
Ia juga sempat menanggapi banyaknya calon pilpres dari kalangan orang yang umurnya 60 tahun ke atas, ini disebabkan problem anak muda yang tidak mampu menyelesaikan masalah negaranya sehingga di ambil oleh oleh orang yang telah berumur, ia juga sempat menanyakan kepada kandidat pilpres apa yang mereka siapkan untuk menghadapi pilpres ini, jawabannya adalah uang. Dinamika politik yang sangat kejam itulah nantinya akan menghilanghkan idealisme individu seseorang.
Setelah pemaparan dari bapak Ganjar Pranowo, dialog dilanjutkan dengan pemaparan oleh bapak Adde Wirasenjaya, S.IP, M.Si., ia menyampaikan hampir seluruh para elit pemerintahan berasal dari agama Islam, dan terkadang konflik ditimbulkan oleh orang yang beragama. Jika kita berandai-andai, mungkin kalau kita dipimpin oleh orang Atheis, tidak akan terjadi konflik atas nama agama, dengan nada sambil tertawa. Setelah itu masih dengan gaya lelucon, ia menyebutkan pemimpin ideal dan idiot, serta perbedaan tipis jika waktu siang ia menjadi narasumber dalam suatu acara tapi besok ya menjadi narapidana, pada masa otoriter bandit ya masih berprilaku diam tetapi pada masa demokrasi ini malah para bandit menyebar dan meluas.
Indonesia termasuk Negara yang paling sibuk dalam menjalankan pilkada ,kultur politik yang narsis karena para monster politik ini selalu fotonya bertebaran dimana mana termasuk dalam WC dan pohon , inilah para politisi tidak pernah memikirkan kultur politik di bangun , ia hanya memikirkan uang dan kemewahan,berbeda dengan Negarawan ia lebih memikirkan penyelamatan bangsa ini dari keterpurukan, masih dengan lelucon ya ia mengatakan bahwa politisi ini seperti semangka bungkusnya hijau dalamnya merah, yang mengartikan bahwa kebusukannya baru terlihat, bila ia sudah mendapatkan kekuasaan, partai politik hanya sebagai identitas untuk mendapatkan kekuasaan.
Setelah pemaparan dari kedua pemateri, dilanjutkan dengan tanya jawab dari peserta dialog, satu per satu pertanyaan diarahkan kepada dua pembicara. Setelah seluruh pertanyaan dilontarkan dari peserta, bapak Ganjar Pranowo dan bapak Adde M. Wirasenjaya mulai menjawab satu-per-satu pertanyaan dari peserta.
Setelah sesi tanya jawab, acara dialog negeriku akhirnya ditutup dengan bacaan Hamdalah dan mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari seluruh peserta dialog. Harapan kedepannya tentunya dari dialog ini tidak hanya sekedar seremonial belaka, namun diharapkan dapat juga sebagai upaya generasi muda untuk mengidentifikasi dan mencari pemimpin ideal 2014.
Reporter: Royki Bistian
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY 2011
Staf Divisi Media dan Informasi BEM FISIPOL UMY
sumber: http://bemfisipol.umy.ac.id/2011/12/reportase-dialog-negeriku-membangun.html
YOU MIGHT ALSO LIKE
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar